Ganja (Gantala Jarang) Khas
Jeneponto
Cerita tentang negeri para daeng ini
sepertinya tak akan pernah habis, layaknya cerita film di hollywood ataupun
bollywood sepertinya cerita tentang makasar selalu saja ada hal menarik untuk
diceritakan. Keramahan penduduknya, alamnya, budayanya, makanannya atau apapun
itu selalu menjadi hal yang empuk untuk dibuat cerita, yang layak disampaikan
dari mulut ke mulut. Agar tak lekang oleh jaman maka apapun itu tentang makasar
selalu pantas untuk dituliskan menjadi bahan cerita wajib sehingga dikemudian
hari dapat dibaca kembali.
Cerita kali ini adalah tentang Ganja makna
yang menjadi negatif di tempat lain, maka jika di Jeneponto ganja adalah
makanan yang ditunggu tunggu, dalam setiap perhelatan di masyarakatnya. Ganja
menjadi hal yang wajib ada ketika diadakan hajatan, baik pernikahan, sunatan
ataupun pesta adat lainnya. Rasanya menjadi hambar ketika Ganja ini tidak ada
didalam hidangan, sehingga ganja ini menjadi hal yang wajib ada, ketika sebuah
perhelatan sedang berlangsung. Bila dalam pesta tidak disajikan gantala jarang,
maka sudah dapat dipastikan para tamu akan memperbincangkan si pemilik hajatan.
Bahkan bisa dicibir di tengah masyarakat, jika alpa menghidangkan menu khas
tersebut.
Ganja ini adalah makanan khas Jeneponto yang
terbuat dari daging kuda. Kuda sangat identik dengan masyarakat Jeneponto.
Selain menjadi simbol kebanggaan daerah yang disebut “butta turatea” itu, warga
Jeneponto juga menjadikan kuda sebagai makanan khas daerah. Sebagai daerah yang
menjadikan kuda sebagai ikonnya, maka daging dari hewan Kuda ini dijadikan penganan untuk berbagai sajian makanan. Maka
dapat dipastikan makanan yang terbuat dari bahan utama daging kuda menjadi
marak adanya di Jeneponto. Daging kuda selain diolah menjadi Ganja juga diolah
menjadi makanan khas lainnya di Jeneponto seperti Coto Daging Kuda, Conro
Daging Kuda, abon daging kuda, dan dendeng daging kuda. Makanan ini banyak sekali
tersaji disepanjang jalan di Jeneponto.
Menu Ganja ini pada jaman dahulu, adalah makanan khas kerajaan di Jeneponto. Para raja biasanya menyajikan makanan gantala jarang ini untuk menyambut tamu -tamu kehormatan kerajaan ataupun pada saat pesta perkawinan anak raja. Pada saat pesta anak raja tidak lengkap rasanya bila gantala jarang tidak disajikan kepada tamu-tamu terhormat. Sampai saat ini, gantala jarang kemudian menjadi menu utama pesta perkawinan masyarakat di bumi butta turatea.
Mengapa daging kuda menjadi menu istimewa? Tak ada alasan pasti, namun dari sisi kesehatan, daging kuda dapat menyembuhkan penyakit tetanus dan dapat pula menjadi penambah stamina bagi laki laki. Masyarakat Jeneponto juga meyakini kalau daging kuda bisa menyembuhkan penyakit gatal-gatal. Adapun rasanya tidak berbeda jauh dengan daging sapi, namun agak sedikit lebih kenyal.
Menurut penjelasan pa Syahadat guru saudara di Jeneponto, cara memasak gantala jarang adalah terlebih dahulu daging kuda dipotong-potong sesuai selera. Kemudian direbus di dalam drum yang sudah dibagi dua kemudian dimasak dengan menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakarnya, sebab rasanya akan jauh berbeda jika menggunakan bahan bakar lain selain kayu bakar. Kuahnya dari air biasa, dan tidak boleh direbus terlalu lama, dan direbus dengan hanya menggunakan garam. “Agar dagingnya cepat kenyal, diberi pula daun papaya, dan sebagai penyedapnya, diberikan penyedap rasa secukupnya,” ujarnya. Gantala Jarang ini biasanya dinikmati dengan nasi atau kupat yang kecil kecil.
Sebagai bagian dari kuliner lokal masyarakat Jeneponto, Gantala Jarang wajib dilestarikan karena itu akan menjadi daya tarik luarbiasa bagi perkembangan pariwisata di daerah Jeneponto, terutama wisata kulinernya. Selamat menikmati Ganja alias Gantala Jarang makanan khas masyarakat Jeneponto dari daging kuda.
*Rahmat Hidayat, Guru SMAN 1 Cikalongwetan
Bandung Barat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar