Rabu, 08 Agustus 2018

Peran Strategis Guru dalam Pengembangan Pendidikan


Peran Strategis Guru dalam Pengembangan Pendidikan
Oleh : Rahmat Hidayat*

Guru memiliki peran sangat strategis dalam pembangunan. Sebagai ujung tombak kurikulum di satuan pendidikan, peran guru tidak bisa dianggap kecil. Bukankah ada kata bijak mengatakan kualitas pendidikan tergantung pada kualitas gurunya. Sehingga mutu pendidikan tidak akan pernah melewati mutu guru.

Berbagai kegiatan yang dirancang oleh pemerintah, untuk meningkatkan mutu guru terus dilakukan. Kegiatan yang secara masif dan terstuktur dilakukan dari mulai kementerian pendidikan kebudayaan, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dan Dinas Pendidikan Provinsi terus dikerjakan. Walaupun kadang tumpang tindih sering terjadi. Seolah masing-masing memilki peran yang paling kuat untuk melatih guru. Namun tidak jarang ditemukan pelatihan yang tidak sesuai dengan grand design pelatihan guru yang sudah disusun, atau  Kadang juga ditemukan pelatihan yang masih bersifat muluk,  sehingga hasilnya utopis saja bagi sebagian guru-guru. Bahkan tidak sedikit ketika guru-guru pulang sekembalinya dari pelatihan  menyanyikan lagu merdu, Aku Masih Seperti yang Dulu.

Seperti kita ketahui sukses pendidikan salah satunya adalah terbentuk karakter yang baik pada peserta didik. Namun beberapa Kegagalan Pendidikan yang masih terjadi diantaranya adalah masih terlihat permusuhan abadi diantara peserta didik, sehingga tawuran terus terjadi dari tahun ke tahun.  Selain itu peserta didik kita hari ini mudah puas. Ketika mereka mendapatkan sebuah keberhasilan dirayakan dengan penuh sukacita kadang dengan euforia yang berlebihan, sebagai contoh ketika diumumkan sebuah kelulusan. Hal berikutnya adalah peserta didik kita  mudah putus asa, ketika berhadapan dengan sebuah permasalahan mereka mudah menyerah. Daya juangnya rendah dan menginginkan sesuatu dengan instan.

Bagaimana tugas tim pengembang kurikulum menghadapi realita ini. Sebagai tim yang berlabel guru-guru hebat dan multi talenta, maka menjadi sebagian tugasnyalah untuk memperbaiki keadaan ini. Coaching klinik adalah salah satu yang memungkinkan untuk dilakukan. Best practice juga dapat dilakukan. Bagaimana guru guru ini saling bertukar pikiran bagaimana cara mengajar yang kreatif dan inovatif. Menularkan 4C (kreatif, komunikatif, kolaborasi, berpikir kritis) dan mengembangkan HOTS (High Order Thingking Skills) berpikir tingkat tinggi.

Menjadikan sekolah sebagai rumah kedua bagi peserta didik adalah hal juga wajib dilakukan. Satuan pendidikan dibuat nyaman, bersih,  dan membanggakan. Fasilitas toilet yang memadai juga harus terpenuhi. Sehingga sekolah yang sehat dapat terwujud. Membangun budaya bersih juga harus terus digalakan. Bukan hanya budaya bersih dalam memelihara kesehatan badan, tapi juga budaya bersih dalam perilaku. Sebab korupsi adalah awalnya dari sekolah ketika anak dibiarkan mencontek maka besar di nanti akan menjadi koruptor. Perilaku jujur dan beritegritas tentunya wajib diterapkan dalam semua aspek pembelajaran.

Kebiasaan baik dan penumbuhan karakter sejak dini harus sudah diberikan. Di Indonesia secara teoritis hal baik ini dilakukan dengan cara Diajarkan, dibiasakan, dilatih konsisten, menjadi kebiasaan, menjadi karakter, dan akhirnya menjadi budaya. Hal ini tentunya masih tetap membutuhkan satu hal yaitu teladan. Guru sebagai role model disekolah, dirumah ataupun di masyarakat merupakan panutan bagi setiap orang. Dulu kita mendengar guru merupakan sosok yang digugu dan ditiru. Bahkan dulu ketika berdehm saja maka selesailah permasalahan. Guru dulu adalah sosok yang layak dihormati, beritegritas, dan berwibawa. Sayang pada jaman sekarang ada beberapa oknum guru yang mencederai korps umar bakri ini.

Pemerintah Provinsi  sebagai stake holder dan pemilik strategi kebijakan tentunya memiliki peran yang tidak kecil untuk meningkatkan kompetensi guru. Sebab muara akhirnya adalah peningkatan kualitas pendidikan ketika kualitas guru meningkat. Ada tiga kunci sukses pada saat alih kelola SMA ke pemerintah provinsi. Program sukses alih kelola ini tidak lah murah dan tidak mudah. Memindahkan puluhan ribu guru dan aset yang tidak sedikit butuh pekerjaan yang cermat. Sehingga apa yang dicita citakan yaitu pemerataan pendidikan yang berkualitas dapat tercapai.

Peningkatan Angka Partisipasi Kasar (APK) di provinsi dapat tercapai,  dengan adanya kolaborasi semua unsur pendidikan. Seperti kita ketahui APK adalah angka yang  menunjukkkan partisipasi penduduk yang sedang mengenyam pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikannya. Atau dengan kata lain APK merupakan persentase jumlah penduduk yang sedang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan (berapapun usianya) terhadap jumlah penduduk usia sekolah yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. APK biasanya digunakan untuk mengukur keberhasilan program pembangunan pendidikan yang diselenggarakan dalam rangka memperluas kesempatan bagi penduduk untuk mengenyam pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan.
Sekolah haruslah menjadi tempat yang menarik dan membuat betah bagi  setiap peserta didik. Sekolah mestinya menjadi sekolah unggulan,  sesuai dengan karakteristik sekolahnya. Sekolah memiliki keunikan masing-masing tanpa melupakan standar.  Karena keberhasilan pendidikan itu bersifat komprehensif bukan satu sisi saja. Keberhasilan pendidikan menyangkut semua bidang yaitu ideologi, politik, ekonomi, social budaya, pertahanan dan keamanan. Dan semua keberhasilan itu bisa diwujudkan oleh guru-guru, yang memiliki kompetensi unggul sebagai guru.

*Rahmat Hidayat,  Guru SMAN 1 Cikalongwetan Bandung Barat, Narasumber Kurikulum 2013, Wakil Ketua Umum IGI Wilayah Jawa Bagian Barat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Benarkah Sastra Dapat Membentuk Pribadi (Karakter)?   Ajarkanlah sastra pada anak-anak kalian, karena sastra akan mengubah yang pengec...