Selasa, 12 Juli 2016

Jajal Jabar Selatan (JJS)



Jajal Jabar Selatan (JJS)

Perjalanan pulang dari pangandaran kali ini, ingin mencoba rute baru. Rute ini sengaja ditempuh untuk menghindari rute biasa yang macetnya sudah “tingkat dewa”, jika pada saat arus balik berlangsung. Menurut peta yang ada di telepon genggam perjalanan yang akan dilewati adalah  pangandaran, cipatujah, santolo, jayanti, cidaun, ciwidey dan akhirnya bandung. Berangkat dari pangandaran tepat jam 9.00 WIB dimulai dengan bismillah, penuh semangat dan penasaran. Penasaran karena jalur yang belum pernah dilewati sebelumnya dan menurut cerita teman, jalur ini akan berada di sepanjang pantai selatan jawa barat. Sehingga pemandangan yang terlihat jauh berbeda dengan jalur yang biasa dilewati.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 30 km dari pangandaran akhirnya kami melewati grandcanyon ala pangandaran, atau kawasan wisata cukang taneuh. Grandcanyon adalah kawasan wisata dimana kita bisa stalaktit stalaktit yang begitu indah menyimpan sejuta pesona  yang terletak di sungai cijulang. Menurut KBBI stalaktit adalah batangan kapur yang terdapat pada langit-langit gua dengan ujung meruncing ke bawah. Untuk mencapai tempat ini kita dapat menyewa perahu dengan menyisir sungai cijulang hingga sampai di grandcanyon. Sepanjang perjalanan kita akan disuguhi sungai yang airnya bening dan pepohonan yang hijau sepanjang aliran sungai.  

Perjalanan kami lanjutkan,  Jalan yang kami lewati jalan yang mulus paduan aspal berhotmix dan beton. Jalan yang mulus laksana jalan tol ini, membuat kendaraan dapat dipacu dengan kecepatan rata rata 80 km/jam, dan tanpa terasa setelah satu jam perjalanan kami sampai di pantai Ciparanti. Pantai yang sepi jarang pengunjungnya, kemudian Kami istirahat sejenak dipantai Ciparanti sekedar menegakkan badan setelah lama duduk.  Sejauh mata memandang yang terlihat hanyalah laut, samudera indonesia. Ombak dipantai ini sangat besar, sehingga jarang sekali orang berenang,  kecuali turis asing yang memanfaatkan ombaknya untuk berolahraga selancar air.

Betul kata teman perjalanan yang ditempuh terus berada di sepanjang bibir pantai laut selatan jawa barat. Ombaknya yang besar dan menggulung gulung tampak terlihat dari kejauhan. Sungguh panorama alam yang memanjakan mata karunia sang maha pencipta, kondisi ini tentunya jauh berbeda kalua kami melewati jalur biasa melewati nagrek. Singgahan pantai berikutnya kami hanya lewati saja karena waktu yang telah beranjak sore tampak pula dikejauhan sang raja hari telah ada di sebelah barat.  Ada pemnadangan tak biasa dibelahan pantai yang lain tampak air laut berwarna kecoklatan akibat campuran air sungai yang bermuara kelaut,  tampaknya dibagian hulu sungai ini sedang turun hujan besar sehingga airnya cukup besar dan berwarna keruh. Akibatnya gulungan ombak yang biasa terlihat putih kebiruan sekarang berubah warna menjadi kecoklatan.

Selain panorama pantai dan lautan lepas, sepanjang perjalanan juga banyak sekali tambak udang.  Tambak tambak udang yang dijaga oleh masyarakat pesisir pantai ini adalah milik para pemilik modal tambak.  Bahkan tambak udang yang berskala besar  juga banyak terlihat, dengan ditutupi pagar pagar yang kokoh dan tinggi. Agar orang orang sekitar tak mampu melewatinya.

Menjelang sore hujan besar turun dengan derasnya, pandangan pun hanya 10 meteran terhalang oleh derasnya hujan. Hujan deras yang terjadi mulai dari daerah cagar alam leweung sancang sampai rancabuaya cukup membuat takut juga, apalagi dengan suara petir yang begitu keras seolah olah seperti berada di atas mobil saja membuat perasaan ini makin takut.  Kami semua berdoa agar hujan besar ini segera berhenti. Memasuki daerah pantai jayanti hujan mulai reda, kami pun istirahat sejenak di pom bensin di daerah pertigaan cidaun Jayanti. Setelah mengisi penuh bahan bakar perjalanan kami lanjutkan ditemani hujan rintik rintik sore menjelang maghrib.

Perjalanan Cidaun ciwidey begitu luarbiasa menegangkan. Selepas maghrib  kami baru berangkat dari cidaun. Ditemani suasana kegelapan yang mulai terasa dan hujan yang masih ada kami berjalan perlahan. Sepanjang perjalanan di cidaun ini mati listrik sehingga perjalanan ini lengkaplah sudah, hujan rintik rintik, jalanan berkelok ditambah gelap pula. Sungguh perjalanan menegangkan. Diawal perjalanan ketika memasuki daerah cidaun, kami sudah diingatkan oleh penduduk sekitar, agar berhati hati karena daerahnya rawan longsor, terutama di hutan bamboo dan hutan jati yang akan dilewati. Alhamdulillah longsor tak kami dapati namun kegelapan memasuki hutan di daerah cidaun dan jalan nanjak berkelok itu yang ditemui. Konon menurut masyarakat sekitar di malam hari kadang masih terdengar suara auman dari macan kumbang. Hutan yang gelap dan terjal ini akhirnya terlewati juga namun tantangan berikutnya siap menghadang.

Tanjakan Kelok Seribu demikian nama daerah yang kami lihat di peta yang ada di telepon genggam kami. Cukup kaget juga melihatnnya ada juga rupanya saingan kelokan sembilan di sumatera disini. Ternyata betul sekali kelokan yang kami hadapi.  Sangat  banyak sekali.  Selain itu jalannya menanjak dan licin karena bekas diguyur hujan. Sepanjang tanjakan kelok seribu kami banyak dibantu oleh warga sekitar. Mereka membantu mengarahkan perjalanan kami terutama di tanjakan dan kelokan yang sangat  tajam. Beberapa kali mobil mesti berhenti untuk memberikan kesempatan mobil yang didepan kami menjauh terlebih dahulu. Selain jalanan menanjak dan berkelok juga ada beberapa bagian   jalan yang kurang terpelihara didaerah naringgul yang menyebabkan juga banyak mobil yang mogok, karena tidak kuat menanjak. Tampak sepanjang jalan banyak kendaraan yang menepi terlebih dahulu untuk beristirahat.

Setelah hampir 2,5 jam berkutat dijalanan gelap dan menanjak akhirnya sampai kami di rancabali ciwidey, tampak suasana keramaian ada disini. Seolah seperti apa judul dari bukunya RA Kartini,  habis gelap terbitlah terang.  Sedikit merayap Karena jalanan macet akhirnya kami sampai pula di bandung pukul 23.00. Sungguh perjalanan yang menegangkan dan  melelahkan namun sangat menyenangkan. Suatu saat kami akan kembali untuk menikmati alam Jabar wilayah Selatan. Ayo kita JJS (Jajal Jabar Selatan)

*Rahmat Hidayat, Guru di SMAN 1 Cikalongwetan Bandung Barat/Pengurus IGI Jabar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Benarkah Sastra Dapat Membentuk Pribadi (Karakter)?   Ajarkanlah sastra pada anak-anak kalian, karena sastra akan mengubah yang pengec...