Rabu, 22 Februari 2023

 

Benarkah Sastra Dapat Membentuk Pribadi (Karakter)?

 

Ajarkanlah sastra pada anak-anak kalian, karena sastra akan mengubah yang pengecut menjadi pemberani (Umar bin Khattab)

Sastra menurut kbbi adalah bahasa (kata-kata, gaya bahasa) yang dipakai dalam kitab-kitab (bukan bahasa sehari-hari).  Sedang menurut Jakob Sumardjo dan Saini KM sastra adalah Ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat Bahasa. Sedangkan kata Horace, penyair Romawi Kuno, mengatakan bahwa manfaat mempelajari sastra ialah dulce et utile yang berarti menyenangkan dan bermanfaat. Menyenangkan berkaitan dengan segala aspek hiburan yang diberikan oleh sastra, sedangkan bermanfaat berkaitan dengan pengalaman hidup yang ditawarkan oleh sastra.

Bagaimana kaitan sastra dengan pendidikan karakter. Pendidikan karakter dapat disimpulkan adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai “the deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character development”.

Berdasarkan grand design yang dikembangkan Kemendiknas (2010), secara psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dapat dikelompokkan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional development) , Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik  (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development).

Salah satu cara untuk mengolah rasa dan karsa (Affective and Creativity development) adalah dengan pembelajaran sastra. Seperti diketahui pembelajaran sastra memiliki tujuan sebagai berikut a) untuk memeroleh kesadaran yang lebih baik terhadap diri sendiri, orang lain, dan kehidupan, b) untuk memeroleh kesenangan, c) memeroleh pengetahuan dan pengertian dasar tentang sastra. Pengaruh kesusastraan terhadap kehidupan tak bisa diremehkan. Tokoh-tokoh fiksi seringkali mempengaruhi hidup, standar moral, dan bahkan mengubah dunia. Dengan mengambil pelajaran dari moralitas para tokohnya, karya sastra bisa menjadi wahana persemaian nilai dan praktis moralitas yang efektif.

Jhon F. Kennedy pernah menyampaikan bahwa jika politik bengkok, maka puisi akan meluruskannya. Artinya adalah bahwa betapa dahsyatnya peran sastra dalam kehidupan manusia. Sastra menjadi penyeimbang dalam kehidupan. Seiring dengan itu ada pernyataan dari Pramoedya Ananta Toer Kalian boleh maju dalam pelajaran, mungkin mencapai deretan gelar kesarjanaan apa saja, tapi tanpa mencintai sastra, kalian tinggal hanya hewan yang pandai (Bumi Manusia).

Jadi betapa jelaslah bahwa sastra dapat memengaruhi dan membentuk karakter serta kepribadian seseorang. Sastra membentuk watak dan jiwa. Buku-buku sastra yang di baca oleh anak anak kita  pada hari ini akan memengaruhi pribadinya di masa yang akan datang, begitupun juga sebaliknya buku-buku sastra yang dibaca dulu oleh kita adalah cerminan kehidupan kita hari ini. Muncul sebuah pertanyaan buku sastra macam apa yang dulu dibaca oleh para koruptor saat ini? Apakah buku si kancil yang cerdik padahal ternyata kancil itu licik. Ini akan menjadi renungan bagi kita semua.

Rahmat Hidayat, Pengawas Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

 

  Benarkah Sastra Dapat Membentuk Pribadi (Karakter)?   Ajarkanlah sastra pada anak-anak kalian, karena sastra akan mengubah yang pengec...