Benarkah
Sastra Dapat Membentuk Pribadi (Karakter)?
Ajarkanlah
sastra pada anak-anak kalian, karena sastra akan mengubah yang pengecut menjadi
pemberani (Umar bin Khattab)
Sastra menurut
kbbi adalah bahasa (kata-kata, gaya bahasa) yang dipakai dalam kitab-kitab (bukan
bahasa sehari-hari). Sedang menurut Jakob Sumardjo dan Saini KM
sastra adalah Ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, semangat,
keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan
alat Bahasa. Sedangkan kata Horace, penyair Romawi Kuno, mengatakan bahwa
manfaat mempelajari sastra ialah dulce et utile yang berarti
menyenangkan dan bermanfaat. Menyenangkan berkaitan dengan segala aspek hiburan
yang diberikan oleh sastra, sedangkan bermanfaat berkaitan dengan pengalaman
hidup yang ditawarkan oleh sastra.
Bagaimana
kaitan sastra dengan pendidikan karakter. Pendidikan karakter dapat disimpulkan adalah suatu sistem
penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan
nilai-nilai tersebut. Pendidikan
karakter dapat dimaknai sebagai “the deliberate use of all dimensions
of school life to foster optimal character development”.
Berdasarkan grand
design yang dikembangkan Kemendiknas (2010), secara psikologis dan sosial
kultural pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh
potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik) dalam
konteks interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan
berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas
proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dapat dikelompokkan dalam: Olah
Hati (Spiritual and emotional development) , Olah Pikir (intellectual
development), Olah Raga dan Kinestetik (Physical and kinestetic
development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity
development).
Salah satu cara untuk
mengolah rasa dan karsa (Affective and Creativity development) adalah dengan pembelajaran sastra. Seperti
diketahui pembelajaran sastra memiliki tujuan sebagai berikut a) untuk memeroleh kesadaran yang lebih baik
terhadap diri sendiri, orang lain, dan kehidupan, b) untuk memeroleh
kesenangan, c) memeroleh pengetahuan dan pengertian dasar tentang sastra. Pengaruh kesusastraan terhadap kehidupan tak bisa
diremehkan. Tokoh-tokoh fiksi seringkali mempengaruhi hidup, standar moral, dan
bahkan mengubah dunia. Dengan mengambil pelajaran dari moralitas para
tokohnya, karya sastra bisa menjadi wahana persemaian nilai dan praktis
moralitas yang efektif.
Jhon F. Kennedy pernah menyampaikan bahwa jika politik bengkok, maka
puisi akan meluruskannya. Artinya adalah bahwa betapa dahsyatnya peran sastra
dalam kehidupan manusia. Sastra menjadi penyeimbang dalam kehidupan. Seiring
dengan itu ada pernyataan dari Pramoedya Ananta
Toer Kalian boleh maju dalam
pelajaran, mungkin mencapai deretan gelar kesarjanaan apa saja, tapi tanpa
mencintai sastra, kalian tinggal hanya hewan yang pandai (Bumi Manusia).
Jadi betapa jelaslah bahwa sastra
dapat memengaruhi dan membentuk karakter serta kepribadian seseorang. Sastra membentuk
watak dan jiwa. Buku-buku sastra yang di baca oleh anak anak kita pada hari ini akan memengaruhi pribadinya di
masa yang akan datang, begitupun juga sebaliknya buku-buku sastra yang dibaca
dulu oleh kita adalah cerminan kehidupan kita hari ini. Muncul sebuah
pertanyaan buku sastra macam apa yang dulu dibaca oleh para koruptor saat ini?
Apakah buku si kancil yang cerdik padahal ternyata kancil itu licik. Ini akan
menjadi renungan bagi kita semua.
Rahmat
Hidayat, Pengawas Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.